Oleh; M. Waysyul Qoroni (Uwais)
Pada 7 Juni 2025, Gubernur Khofifah Indah Parawansa kembali menegaskan konsep Jawa Timur sebagai “Gerbang Baru Nusantara”. Dilansir dari laman headlinejatim.com, pernyataan itu disampaikan ketika Raperda RPJMD Jawa Timur 2025-2029 di Surabaya. Menurutnya, Jawa Timur memiliki posisi strategis dalam penguatan konektivitas nasional, khususnya menjelang beroperasinya Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2028 mendatang. Dalam kesempatan yang sama, beliau juga memperkenalkan logo “Surya Majapahit” sebagai simbol konseptual.
Secara geografis Jawa Timur diuntungkan sebab kedekatannya dengan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sedangkan secara historis, provinsi ini memiliki warisan besar-terutama kejayaan Majapahit. Spirit integrasi dan persatuan ala Majapahit dapat diposisikan sebagai basis kultural dalam menghadapi disrupsi teknologi. Kombinasi geografis dan historis inilah yang memberi kesempatan bagi Jawa Timur sebagai “Gerbang Baru Nusantara”. Namun, pembahasan konsep ini tidak terlepas dengan dinamika kemajuan teknologi. Lantas, di tengah kemajuan teknologi dan wacana post-Human, mampukah Jawa Timur mewujudkan dirinya sebagai Gerbang Baru Nusantara?
Era kemajuan teknologi membawa manusia pada babak baru, terutama dalam bidang digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Dalam teori akademis, Donna Haraway melalui A Cybor Manifesto menekankan bahwa manusia dan teknologi kerap terjalin sebagai hibrida. Di sisi lain, NIck Bostrom menekankan konsep transhumanisme, yakni usaha meningkatkan kapasitas biologis dan intelektual manuisa. Dengan prespektif ini, negara Indonesia, khususnya Jawa Timur mendapatkan posisi strategis sebagai aktor penting dalam menegosiasikan makna post-human secara lokal. Tersebab, keberadaan Surabaya sebagai episentrum teknologi, Malang sebagai pusat pendidikan dan jaringan pesantren di Jawa Timur yang mengharmonikan tradisi spiritual dan adaptasi digital. Praktik ini memperlihatkan kesiapan Jawa Timur dalam pengembangan post-humanisme yang khas: berbasis nilai lokal dan spiritual.
Kesuksesan Surabaya sebagai smart city menegaskan kiprah Jawa Timur di era kemajuan teknologi. Tidak hanya itu, beberapa kesuksesan dan kemajuan di bidang lain juga turut mengiringiya, seperti penghargaan Smart Government dan Smart Environment dari kementerian Kominfo, inovasi mahasiswa ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) melalui lampu lalu lintas SISRI (Surabaya Integrated Smart Road Insfrastructure) berbasis AI, serta platfrom eJourney dari Petra Christian University (PCU) yang memberdayakan 3000 guru dan 326 institusi di Indonesia.
Capaian ini diperkuat data makro: pada triwulan I 2024, Jawa Timur menyumbang 14,46%PDB nasional dan 25,07% PDRB pulau jawa, dengan pertumbuhan ekonomi hingga 4,91% di triwulan III. Ekosistem digitalnya ditopang 113 startup (11,39% nasional) dan literasi yang solid-2,58 pada indeks digital, 55,32% literasi keuangan serta 92,99% inklusi keuangan. Fakta-fakta ini meneguhkan Jawa Timur sebagai pionir gerbang baru nusantara melalui generasi transhuman, generasi yang meningkatkan SDM-nya melalui kemajuan teknologi.
Namun, kemajuan teknologi tidak selalu tanpa risiko. Beberapa efek samping yang cukup serius kerap kali mengamininya, seperti ancaman dominasi teknologi dan risiko eksklusi. Efek ini diinisiasi oleh transhumanisme barat yang diasosiasikan dengan proyek biologis, seperti implant otak dan rekayasa biologis. Dalam fenomena ini, nilai historis dan budaya Jawa Timur dapat menjadi filter kritis. Warisan Majapahit yang menekankan inklusivitas dan kosmopolitanisme dapat menjadi modal budaya untuk menghadapi tantangan modern: membangun masyarakat yang terbuka, semangat berdiskusi dan saling dapat dialokasikan lewat platform AI. Sementara pendidikan pesantren dapat menjadi deliberasi norma digital yang seimbang antara inovasi dan adaptasi.
Dengan demikian, titik temu antara teknologi dan manusia bukan dicapai dengan kompromi pasif, tetapi penciptaan nilai baru yang harmonis. Meminjam teori communicative action oleh Jurgen Habermas, seorang sosiolog Jerman, bahwa kesepahaman sejati sering lahir dari komunikasi bebas dominasi, artinya forum musyawarah pesantren, dialog antara pemerintah dan masyarakat di Jawa Timur dapat menjadi ruang konkret dalam perumusan kebijakan digital.
Pada akhirnya, Jawa Timur sedang menapaki horizon baru. Inovasi digital dan kecerdasan buatan telah menyulap produktivitas masyarakatnya sementara nilai positif tradisi tetap hidup di desa-desa dan pesantren. Kedua segmen ini dapat melahirkan model post-human society yang khas: generasi transhuman yang tidak melupakan akarnya, melainkan justru menumbuhkan cabang-cabang baru bagi nusantara. Dengan demikian, Jawa Timur berpotensi bukan hanya pusat smart city, melainkan calon pusat wise city, sebuah peradaban yang cerdas dan bijaksana yang dapat memimpin nusantara di era post-human.
Daftar Pustaka
Badan Pusan Statistik, Produk Domestik Regional Bruto Provinsi -Provinsi di Indonesia menurut Lapangan Usaha 2024-2020, Jakarta: BPS, 2024.
N, Bastrom, Transhumanist Valu Mes. Oxford University Press. 2005
Dkk, Fierda Nurani, Smart City: Upaya Pembangunan Kota surabaya dalam jurnal aplikasi Administrasi, Vol 26, Nomor 2. 2023
Habermas, J, The Theory of Communicative Action. Boston. Vol 1-2: Beacon Press, 1984-1987.
Haraway, D, A Cyborg Manifesto: Science, Technology, and Socialist-Feminism in the Late Twentieth Century. New York: Routledge, 1991.
Pemerintah Jawa Timur, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Timur 2025-2029. Surabaya. Pemprov Jatim. 2025.
headlinejatim.com. Khofifah tegaskan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara. Headline Jatim.https://headlinejatim.com. 2025.
ITS News. Mahasiswa ITS ciptakan lampu lalu lintas cerdas berbasis AI. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.https://its.ac.id. 2024.
Kompas.com. Jawa Timur kontributor utama ekonomi nasional. Kompas. https://kompas.com. 2024.
0 Komentar